Mari Kita
Terbang!
Annyeong haseo?
Ogenki desu ka?
Ni hao?
Apa kabar?
Nama saya Yenny Ibrahim,
bekerja sebagai guru SMP di kota Bandung. Hobi saya fotografi, menulis, dan
tentu saja jalan-jalan. Saya suka pantai, gunung, hutan, tempat bersejarah, kota
modern, pedesaan, dan banyak tempat lain, khususnya yang indah untuk diabadikan
dengan kamera. Sejak kecil cita-cita saya adalah ingin menjadi guru, penulis
dan keliling dunia.
Korea Selatan, Jepang,
China, dan Indonesia adalah empat negara besar Asia yang pernah saya jelajahi
bersama Air Asia, selain negara tetangga lainnya. Perjalanan-perjalanan itu pada awalnya
terasa mustahil, tetapi seperti memulai ribuan mil dengan satu langkah, maka
keberanian mengambil satu langkah awal memungkinkan munculnya langkah-langkah
berikutnya. Keberanian membeli satu tiket penerbangan, memunculkan kemungkinan terbang
lainnya.
Saya teringat waktu kecil
tinggal di desa, dikelilingi sawah, ladang dan sungai tempat bermain bersama
teman-teman. Tidak ada satupun diantara kami yang pernah naik pesawat terbang,
jadi ketika ada yang melintas nun jauh di langit desa, maka kami akan
berteriak, ”Aya kapal! Aya kapal! Hayu urang ngapung!!” (“Ada pesawat! Ada
pesawat! Ayo kita terbang!!” –bahasa Sunda). Sambil merentangkan tangan dengan
mata berbinar-binar, kami berlari kesana kemari penuh imajinasi menjadi pesawat
yang terbang di angkasa. Rasanya waktu itu naik pesawat terbang hanyalah sebuah impian
indah dan keliling dunia adalah khayalan kanak-kanak saja.
Bertahun-tahun kemudian
saya menyelesaikan kuliah di fakultas Psikologi sambil berburu beasiswa dan bekerja paruh waktu di
berbagai tempat. Salah satunya di sekolah tempat saya bekerja, hampir 14 tahun
lamanya hingga sekarang. Dan di sinilah perjumpaan pertama saya dengan Air
Asia, yang membawa banyak perubahan dalam hidup saya.
Tahun 2011, saya mendapat
tawaran berkunjung ke sekolah di Korea Selatan. Seluruh biaya ditanggung, kecuali
tiket pesawat! Awalnya saya ragu-ragu, sebenarnya negara yang saat itu paling
ingin saya kunjungi adalah Jepang, saya punya banyak teman di komunitas
penggemar budaya Jepang, khususnya cosplay (costume
playing) yang sangat memanjakan kamera karena keunikan visualisasinya. Tetapi
saya pikir ini adalah kesempatan langka yang belum tentu terulang. Saya minta
waktu satu hari untuk berpikir dan segera mencari keseimbangan antara harga
tiket dan tabungan saya. Tentu saja, Air Asia-lah yang paling memungkinkan,
dengan tiket low fare-nya
memungkinkan saya untuk terbang dan berkunjung ke negeri ginseng yang waktu itu
belumlah seheboh sekarang dengan Korean
Wave-nya yang menggila. Di sana saya memperkenalkan sekolah kami dan
sedikit tentang kebudayaan Indonesia dengan bahasa Inggris yang terbatas kepada
guru dan murid-murid SMP yang juga bahasa Inggrisnya patah-patah. Sepuluh hari
yang penuh perjuangan dan kenangan indah berkomunikasi dengan bahasa tarzan,
akhirnya sekembali ke Bandung, saya memutuskan untuk mengambil kelas malam
bahasa Korea di sebuah Universitas. Saya berharap bila ada kesempatan pergi ke
sana lagi, saya bisa ngobrol seru dengan mereka. Dan, dimana ada impian di situ
ada jalan, September 2014 ini sekali lagi sekolah kami mendapat undangan, dan sebagai
satu-satunya guru yang belajar bahasa Korea, maka saya pun kembali mendapat
kesempatan dihantar Air Asia terbang ke sana, kali ini sebagai pendamping
rombongan ^^.
Tahun
2012 adalah tahun impian cosplayer di seluruh Indonesia menjadi kenyataan, di tahun inilah Indonesia lolos seleksi World
Cosplay Summit (WCS). Meskipun saya bukanlah cosplayer, tetapi saya sangat
mengagumi komunitas ini. Saya sering berpartisipasi dalam penyelenggaraan acara-acara
baik kompetisi, charity, serta turut membangun komunitas cosplay secara online di
https://www.facebook.com/groups/cosplaybandung/,
yang saat ini anggotanya lebih dari 13.000 orang. World Cosplay Summit (WCS)
yang di selenggarakan di Nagoya, Jepang, adalah kompetisi cosplay internasional
yang sangat diidamkan oleh cosplayer di seluruh dunia. Tidak semua negara bisa
mengikuti ajang bergengsi ini. Salah satu persyaratannya adalah adanya event
nasional di masing-masing negara yang memunculkan cosplayer terbaik sebagai
perwakilan. Setelah dua tahun memperkenalkan keberadaan komunitas cosplay Indonesia
kepada pihak WCS, akhirnya muncul respon dan kesempatan diadakannya kompetisi
cosplay tingkat nasional di Jakarta dengan juri-juri internasional. Dan pemenangnya adalah
dua cosplayer dari Bandung!! Teman-teman baik saya ini dibiayai penuh untuk
pergi bertanding ke Jepang. Saya diijinkan penyelenggara untuk ikut mendampingi
mereka, dengan catatan membeli tiket sendiri!! Bisa diduga, lagi-lagi Air Asia
lah harapan saya, dan bukan kebetulan saat itu ada promo tiket murah rute
Bandung-Osaka, yang memungkinkan saya terbang ke negeri matahari terbit membantu
perjuangan teman-teman. Tak sia-sia upaya mereka, dengan dukungan doa dan
semangat dari seluruh pecinta cosplay di Indonesia, teman-teman berhasil meraih
juara 3. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan, sebagai peserta yang
baru pertama kali berpartisipasi, bisa unggul dari banyak negara lain, termasuk
Amerika dan negara-negara Eropa yang sangat canggih perlengkapannya. Kami juga mendapat
undangan dari kementrian luar negeri Jepang sebagai tamu kehormatan, yang
diliput oleh berbagai media baik surat kabar maupun televisi. Sungguh
pengalaman yang sangat mengharukan. Terima kasih Air Asia!
(catatan : cosplayer dalam hal ini biasanya mengenakan kostum tokoh animasi
Jepang, seperti Naruto, Sailormoon, dan sebagainya serta beraksi sesuai dengan
tokoh tersebut)
Tahun 2013, saya sangat
senang karena bisa berbagi impian dengan rekan-rekan guru. Bagi
sekolah kami yang relatif kecil dibanding sekolah lain dalam satu yayasan, pergi
ke luar negeri hampir tidak memungkinkan, terutama dalam hal biaya. Awalnya
banyak pertentangan karena kebanyakan guru-guru kami belum memiliki paspor.
Lalu, kami membuat rencana, mulai menabung secara teratur selama setahun, dan
ramai-ramai pergi ke imigrasi untuk membuat paspor. Setelah itu mulailah hunting tiket murah, tentu saja di www.airasia.com. Inilah perjalanan pertama
kami bersama-sama ke luar negeri, sekaligus ke dua negara tetangga, Singapura
dan Malaysia. Kemudian di akhir tahun, mungkin karena saya dikenal sebagai
orang yang suka mengatur perjalanan dan punya pengalaman pergi ke luar negeri,
maka saya diminta untuk membantu mengatur perjalanan sebuah rombongan kecil
yang terdiri dari para sepuh yang ingin pergi berwisata ke China dan tentu saja
saat itu kami pun terbang ke negeri tirai bambu ini dengan Air Asia!
Tahun 2014, giliran menjelajah negeri sendiri. Air Asia dengan promo liburannya menerbangkan guru-guru ke pulau paling eksotis di dunia, Bali!! Penuh kegembiraan kami berkeliling pulau dewata naik motor beramai-ramai! Sungguh petualangan yang sangat mengasyikan.
Terima kasih banyak Air Asia, khayalan masa kecil itu kini menjadi kenyataan.
Kemanakah lagi saya akan
terbang? Dan saya pun membayangkan gunung-gunung indah yang pernah saya daki
dan guru yang memberi hadiah sepulang dari perjalanannya, poster Annapurna dan
Everest, sambil berkata,” Yenny, suatu hari nanti Anda harus pergi ke Nepal!”
Namaste!